#16 U know? (Din Syamsuddin: Kerusakan Lingkungan Adalah Krisis Moral)

Din Syamsuddin: Kerusakan Lingkungan Adalah Krisis Moral

Din Syamsuddin:  Kerusakan Lingkungan Adalah Krisis Moral
ISTIMEWA
Din Syamsuddin di acara Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP-21)
Hidayatullah.com–Kerusakan lingkungan hidup, perubahan iklim dan pemanasan global adalah masalah moral; krisis lingkungan adalah manifestasi krisis moral. Oleh karena itu, solusi terhadap perubahan iklim yang menjadi salah satu fokus Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (COP-21) di Paris harus menyertakan pendekatan moral dan etika agama.
Demikian salah satu poin ceramah Ketua Dewan Pengarah Siaga Bumi (Indonesia Bergerak Menyelamatkan Bumi) Dr Din Syamsuddin, saat tampil sebagai  pembicara pada Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (Conference of Parties, atau COP-21) di Paris, Prancis, Senin (30/11/2015) kemarin.
“Tanpa landasan dan pendekatan moral, solusi menjadi tidak berarti dan tak akan sejati, “ tutur Din dalam rilisnya yang dikirim ke hidayatullah.com.
Din berbicara dalam sesi Interfaith Dialogue: Faith Action for Climate Solution, bersama empat tokoh/aktifis lintas agama lain dengan moderator Mantan Menlu Hasan Wirayuda..
Menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, Al-Quran empat belas abad silam sudah menegaskan bahwa semua kerusakan di muka bumi adalah akibat ulah perbuatan manusia, maka Allah akan rasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan tersebut agar mereka sadar.
Sebagai krisis moral adalah karena manusia memandang alam sebagai obyek yakni ciptaan Tuhan untuk diduduki dan dieksploitasi untuk kehidupan dan penghidupan. Padahal alam diciptakan dan diperuntukkan manusia sebagai subyek, yakni untuk dihuni dan dimanfaatkan bagi manusia maka harus dimuliakan.
Maka, penanggulangan masalah perubahan iklim dengan segala dampaknya harus menjadi tanggung jawab bersama semua umat beragama.
Din pada sesi yang juga dihadiri sejumlah tamu asing itu berbagi pengalaman Indonesia melalui ‘Siaga Bumi’ dalam ikut menanggulangi dampak perubahan iklim dan kerusakan ekosistem melalui pendekatan keagamaan.
Siaga Bumi, yang merupakan gerakan nasional lintas agama, tengah melakukan gerak aksi berupa penyadaran untuk pemuliaan lingkungan hidup,  penciptaan Eco-Rumah Ibadat (Eco-RI), dan penciptaan sungai bersih.
“Terkait Eco-RI, Siaga Bumi telah meluncurkan Eco-Vihara di Bogor akhir Oktober lalu, dan Eco-Masjid pasa awal Januari yang akan datang, yang akan disusul oleh Eco-Masjid, Eco-Gereja, Eco-Pura, Eco-Klenteng, dan seterusnya. Kita perlu mulai dari menjadikan Rumah Tuhan sebagai tempat ramah lingkungan, sebelum kita bergerak memuliakan bumi ciptaanNya,” tegas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang sekarang menjadi Ketua Ranting Muhammadiyah Pondok Labu.
Eco-Rumah Ibadat tersebut akan mengambil bentuk pengasrian bangunan,  pengasrian halaman melalui penanaman pohon, dan perbaikan sanitasi atau saluran air. Sedangkan gerakan kali bersih akan diawali dgn perubahan cara pandang dan budaya masyarakat bahwa kali bukan tempat pembuangan barang-barang buruk, tapi aliran air dan sumber mata air kehidupan serta penghidupan.
Untuk itu, lanjut Din, yang juga pendiri Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) ini menegaskan bahwa Siaga Bumi akan bekerja sama dengan semua pihak yang perduli, baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyatakat luas.
“Solusi terhadap kerusakan lingkungan hidup,  perubahan iklim dan pemanasan global tidak dapat ditangani satu pihak saja, tapi merupakan tanggung jawab bersama. Pada titik tanggung jawab kolektif inilah agama-agama menemukan rendevous-nya, yakni pada nilai kemanusiaan bahwa agama diturunkan untuk menebarkan rahmat bagi kemanusiaan,” tegas Din Syamsuddin di akhir presentasinya.*

Rep: Admin Hidcom
Editor:

Komentar

Postingan Populer